Wednesday, May 30, 2007

Kebohongan Ahmadiyah dan Islam Liberal

KISDI: Hentikan Kebohongan Ahmadiyah dan Islam Liberal


Dengan dukungan aliran Jaringan Islam Liberal
(JIL),
kelompok Ahmadiyah semakin gencar menebarkan
kebohongan ke tengah masyarakat. Yang terakhir ini,
(25 Juli 2006), Ketua Pemuda Ahmadiyah, Abdul Musawir
(AM), diwawancarai oleh website JIL. Berikut ini
bukti-bukti kebohongan Ketua Pemuda Ahmadiyah
tersebut, beserta jawaban KISDI:

AM: "Ahmadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang
didirikan oleh Hadzrat Mirza Ghulam Ahmad. Beliau
mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi dan Almasih yang
dijanjikan, sebagaimana yang pernah dinubuatkan Nabi
Muhammad sendiri. Tapi berkaitan dengan semuanya, kami
meyakini beliau (Ghulam Ahmad) adalah nabi tanpa
syariat. Itu yang kebanyakan disalahartikan orang.
Beliau sendiri pernah menyatakan: "Saya bisa menjadi
nabi, justru karena mengikuti sunnah-sunnah Nabi
Muhammad. Saya tidak akan pernah bisa mencapai tingkat
keruhanian seperti ini kalau tidak mengikuti beliau
(Nabi Muhammad)." Beliau juga pernah bersabda: "Saya
tidak ada artinya dibandingkan Rasulullah. Bahkan,
saya lebih rendah dari debu sepatu beliau." Artinya,
beliau begitu mengagungkan Rasulullah. Sebab kalau
kita lihat ketinggian ruhani Nabi Muhammad, cukup aneh
kalau beliau tidak dapat mengantarkan pengikutnya
untuk mencapai tingkat keruhanian yang sama."

Jawaban: Dengan meneliti "wahyu-wahyu" versi Ghulam
Ahmad, terbukti bahwa dia nabi palsu. Masalah ini
sudah berpuluh tahun diteliti dan dibuktikan oleh para
cendekiawan dan ulama Islam. Akan tetapi, untuk
meyakinkan dan menakut-nakuti orang yang tidak percaya
kepadanya, Ghulam Ahmad mengaku menerima wahyu-wahyu
yang mengutuk orang-orang yang mengingkarinya.
Misalnya, pengakuannya, : "Dan dari sejumlah
ilham-ilham itu, ada diantaranya yang didalamnya
sejumlah ulama yang menentangku dinamakan Yahudi dan
Nasrani." (Mirza Ghulam Ahmad, Hamamat al-Bushra, hal.
19). Dan katanya, "Maka barangsiapa yang tidak percaya
pada wahyu yang diterima Imam yang dijanjikan (Ghulam
Ahmad), maka sungguh ia telah sesat, sesesat-sesatnya,
dan ia akan mati dalam kematian jahiliyah, dan ia
mengutamakan keraguan atas keyakinan." (Mirza Ghulam
Ahmad, Mawahib al-Rahman, hal. 38). Ghulam Ahmad juga
mengaku, "dan termasuk diantara tanda-tanda (kebenaran
dakwahku) yang nampak dalam zaman ini ialah matinya
orang-orang yang menentangku dan menyakitiku serta
memusuhiku habis-habisan."

Jadi memang ada persamaan antara Ahmadiyah dengan
Islam, tetapi juga ada perbedaan yang fundamental.
Cendekiawan Muslim Pakistan, Dr. Moh. Iqbal pernah
ditanya oleh Jawaharlal Nehru mengapa kaum Muslimin
bersikap keras untuk memisahkan Ahmadiyah dari Islam?
Iqbal menjawab: "Ahmadiyah berkeinginan untuk
membentuk dari umat nabi Arabi (Muhammad saw) satu
ummat yang baru bagi nabi Hindi."

Pengakuan AM bahwa Ghulam Ahmad tidak ada artinya
dibandingkan Rasulullah saw, juga bertentangan dengan
ucapannya:
"Dalam wahyu ini Tuhan menyebutkanku
Rasul-Nya,karena
sebagaimana sudah dikemukakan dalam Brahin
Ahmadiyah, Tuhan Maha Kuasa telah membuatkan
manifestasi dari semua nabi, dan memberiku nama
mereka. Aku Adam, aku Seth, aku Nuh, aku Ibrahim, aku
Ishaq, aku Ismail, aku Ya'qub, aku Yusuf, aku Musa,
aku Daud, aku Isa, dan aku adalah penjelmaan sempurna
dari Nabi Muhammad saw, yakni aku adalah Muhammad dan
Ahmad sebagai refleksi (Haqiqatul Wahyi, h. 72).
(Majalah Sinar Islam (terbitan Ahmadiyah) edisi 1
Nopember 1985).

AM: Rukun Islam kami sama, lima. Rukun iman kami pun
sama, yakni enam, seperti yang dikatakan hadis, "An
tu'mina bilLâhi wa malâikatihî wa kutubihi..." dan
seterusnya. Alqur'an kami pun Qur'an yang 30 juz itu
juga, tidak lebih satu huruf pun dan tidak ditambah
satu apa pun. Salat kami pun juga 5 waktu. Kami juga
melakukan tahajud, puasa Ramadhan, dan ibadah lainnya.
Praktis, syariat kami tidak ada perbedaan. Kalau pun
ada bedanya, saya kira seperti perbedaan antara
mazhab-mazhab fikih Hanafi, Syafii, Maliki, dan
Hanbali.

Jawaban: Berbagai ucapan Mirza Ghulam Ahmad yang
dikutip sebelumnya menunjukkan, bahwa rukun iman
mereka bertambah, yakni wajib percaya kepada nabi
Mirza Ghulam Ahmad, dan sesatlah orang yang
mengingkarinya. Konsepsi kenabian menurut Ghulam Ahmad
juga berbeda dengan konsepsi Islam. Dalam Islam, tugas
utama para Nabi adalah menegakkan kalimah tauhid dan
menjauhi thaghut (QS 16:36). Tetapi, bagi Ghulam
Ahmad, tokoh-tokoh yang ajaran ketuhanannya
jelas-jelas bertentangan dengan Islam juga disebut
sebagai nabi. Krishna, yang dalam kepercayaan Hindu
disebut sebagai inkarnasi Dewa Wishnu, dikatakan oleh
Ghulam Ahmad sebagai nabi pilihan Tuhan (awatar).
Katanya, "He was the awatar of God i.e. His Prophet,
on whom descended the holy Ghost... he was the prophet
of that era." (Mirza Bashir Ahmad, Durr-i-Manthur,
hal. 40). Begitu juga Baba Nanak, tokoh agama di India
dan pendiri sekte Hindu Sikh, juga dikatakan oleh
Ghulam Ahmad sebagai nabi. Kata dia, "Baba Nanak was a
righteous man, a chosen one of God." (ibid, hal. 41).

AM (tentang Kitab kumpulan wahyu Mirza Ghulam Ahmad):
"Bukan, itu bukan Alqur'an. Itu bukan kitab suci kami.
Posisinya hanya wahyu-wahyu. Itu memang wahyu dan
ilham yang beliau (Ghulam Ahmad) terima. Itu juga
bukan semacam fatwa yang menghakimi Alqur'an. Kita
juga tahu, Rasulullah pernah bersabda: "Aku tinggalkan
2 warisan, Alqur'an dan Sunnahku." Jadi buku itu
sifatnya hanya menjelaskan, dan statusnya agak mirip
hadis, tapi tidak sama persis juga. Itu hanya untuk
mengingatkan kita. Itu bukan kitab suci, sama sekali
bukan.

Jawaban: Seperti disebut sebelumnya, Mirza Ghulam
Ahmad sendiri menyatakan: "Maka barangsiapa yang tidak
percaya pada wahyu yang diterima Imam yang dijanjikan
(Ghulam Ahmad), maka sungguh ia telah sesat,
sesesat-sesatnya, dan ia akan mati dalam kematian
jahiliyah, dan ia mengutamakan keraguan atas
keyakinan." (Mirza Ghulam Ahmad, Mawahib al-Rahman,
hal. 38).
Jadi, ketua pemuda Ahmadiyah itu sangat jelas
berbohong!

AM (menjawab pertanyaan JIL, Jadi tuduhan Ahmadiyah
eksklusif, punya syariat dan nabi berbeda itu tidak
benar?): Tepat sekali. Departemen Agama sudah pernah
memanggil kami ketika wacana ini mulai terangkat
kembali beberapa tahun lalu. Dan setelah dijelaskan,
mereka pun paham bahwa praktis tidak ada perbedaan.
Mengutip ungkapan Pak Dawam Rahardjo beberapa waktu
lalu, "Jangan-jangan perbedaannya hanya pada level
tafsir."

Jawaban: Balitbang Depag RI, tahun 1995 menerbitkan
hasil penelitiannya tentang Ahmadiyah, yang antara
lain menyimpulkan: "Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah
menerima wahyu, dengan dengan wahyu itu dia diangkat
sebagai Nabi, rasul, Almasih Mau'ud dan Imam Mahdi.
Ajaran dan faham yang dikembangkan oleh pengikut
jemaat Ahmadiyah Indonesia khususnya terdapat
penyimpangan dari ajaran Islam berdasarkan Al-Quran
dan al-Hadits yang menjadi keyakinan umat Islam
umumnya, antara lain tentang kenabian dan kerasulan
Mirza Ghulam Ahmad sesudah Rasulullah saw."
Rasyid Ridha, dalam Tafsir Almanar, Juz II,
menyatakan: "Mereka (Ahmadiyah) itu ada dua golongan.
Segolongan menyatakan (Mirza Ghulam Ahmad) al-Qadiyani
adalah pembaharu dan bukannya nabi. Mereka ini ialah
ahli bid'ah. Segolongan lagi menyatakan bahwa ia
adalah seorang (nabi) yang diberi wahyu oleh Allah.
Mereka ini adalah orang-orang kafir, murtad.

AM: "Kita bukan agen kolonialisme sama sekali, apalagi
beliau (Ghulan Ahmad) justru banyak mengeluarkan
buku-buku yang menjelaskan bahwa Nabi Isa itu sama
seperti nabi-nabi yang lain."
Jawaban: Di saat umat Islam sedang berjuang melawan
penjajah Inggris di India, Mirza Ghulam Ahmad membuat
pernyataan: "Bagi saya, rakyat India yang beragama
Islam tidak boleh memberontak atau mengangkat senjata
terhadap kerajaan yang mengadakan perbaikan ini (yaitu
kerajaan/penjajah Inggris) ... semua itu adalah haram
secara mutlak dan barangsiapa yang merencanakannya
maka ia telah mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan
telah sesat senyata-nyatanya."

AM: "Soal pengkultusan, kita tetap menganggap manusia
yang tertinggi dan paling agung adalah Nabi Muhammad.
Itu juga yang selalu kami tekankan dalam khotbah kami.
Imam Mirza Ghulam Ahmad Alaihissalam sendiri selalu
merujukkan fatwa-fatwa beliau kepada hadis Nabi
Muhammad serta Alqur'an."

Jawaban: "Masalah mendasar yang dipersoalkan, adalah
apakah pantas Ghulam Ahmad diberi sebutan "alaihi
salam" sebagaimana para nabi dan rasul Allah lainnya."
Jelas, sudah terbukti, tidak layak.

AM: "Kami mengartikan Nabi Muhammad sebagai "nabi
pembawa syariat terakhir". Kita tidak punya ajaran
atau syariat yang spesifik. Ajaran Islam terakhir
semata-mata yang dibawa Nabi Muhammad. Hadzrat Mirza
Ghulam Ahmad Alaihissalam hanya menghidupkan kembali
syariat yang telah dibawa Nabi Muhammad. Beliau tetap
berada dalam koridor Islam."
Jawaban: "Hal yang pokok dalam Islam adalah masalah
aqidah. Jika dalam masalah aqidah sudah berbeda, maka
jelas sudah berbeda agama."

AM: "Karena itu, wahyu tidak mungkin berhenti. Nah,
itulah yang sering Hadzrat Mirza Ghulam Ahmad
sampaikan. Soal penerimaan wahyu, kalau merujuk
Alqur'an, bahkan semut dan Ibunda Siti Maryam pun
menerima wahyu. Tapi agama yang terakhir hanya Islam.
Sementara istilah kenabian pada Hadzrat Mirza Ghulam
Ahmad adalah kenabian yang merupakan bayangan atau
dhill, pantulan dari kenabian Muhammad itu sendiri.
Jadi beliau itu nabi pantulan dari Nabi Muhammad pada
akhir zaman."

Jawaban: "Istilah wahyu untuk semut dan Siti Maryam
adalah wahyu dalam makna lughawi, bukan dalam makna
istilahi. Karena itu, meskipun menerima "wahyu", semut
tidak diberi julukan "alaihi salam". Soal bukti-bukti
kebohongan kenabian Ghulam Ahmad sudah dikaji dalam
ribuan lembar buku. Sepanjang sejarahnya, umat Islam
tidak pernah gentar untuk berdebat dengan Ahmadiyah
atau pendukung aliran-aliran sesat lainnya, seperti
Jaringan Islam Liberal. Bahkan, bukan hanya berdebat,
bermubahalah pun, banyak ulama Islam yang siap.
Wallahu a'lam.

Demikianlah jawaban KISDI terhadap kebohongan yang
ditebarkan oleh Ahmadiyah dan JIL. Sangat disesalkan,
di era imperialisme modern, seperti sekarang ini,
kerjasama wakil imperialis sekular Barat dengan
Ahmadiyah untuk menghancurkan Islam kembali terjadi,
sebagaimana di masa-masa awal perkembangan Ahmadiyah.

Jakarta, 20 Jumadilakhir 1426 H/27 Juli 2005

Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI)

Ttd

HM Aru Syeif Asad
(Ketua Humas)

Diambil dari http://www.mail-archive.com/media-dakwah@yahoogroups.com/msg00576.html

1 comment:

Anonymous said...

*bsmlh* *slwt* *slm*

Terbalik, p'HM Aru Syeif Asad!

Justru, Anda yg dipakai Barat utk menghancurkan misi Islam yg tengah kami perjuangkan. Di dunia ini, hanya tinggal Ahmadiyah saja lawan mereka. Anda hanya pion mereka.

Silahkan Anda-semua hadapi kami. Aneka aral itu tiada lagi punya bobot. Tiada lagi punya arti. Hanya segenggam sekam yang hampa.